Saturday, May 19, 2007

Pendidikan dan Masa Depan Flobamora

Pengantar Redaksi:
Flobamora adalah akronim dari beberapa pulau besar di Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni Flores, Sumba, Timor, dan Alor, dan telah menjadi kata ganti NTT. Sedangkan pendidikan dan masa depan sedikit banyak ada dari menghitung ulang jumlah angka buta huruf, putus sekolah, dan pengangguran terdidik di Flobamora. Ini menjadi tanda tanya, apa benar pendidikan sungguh membebaskan manusia dari perangkap-perangkap negatif? Dari kemiskinan, kebodohan, dan lainnya. Namun, sebelum sampai pada titik itu apakah kesempatan untuk mengenyam pendidikan telah bisa diberikan kepada siapa saja di NTT. Sebuah tulisan dari Theresia Laura mencoba membahas tentang pendidikan, dan minimnya perhatian kita untuk pendidikan dan kesempatan bagi semua warga untuk bisa ber-pendidikan.

Masa depan dan generasi muda
Berbicara masa depan, berarti kita berbicara tentang generasi muda. Anak-anak kita adalah masa depan dan asset bagi keluarga, daerah maupun Negara di masa datang. Masa depan seperti apa yang kita inginkan tergantung generasi muda kita saat ini. Keluarga, lingkungan sangat besar peranannya bagi pembentukan generasi muda kita. Salah satu dasar pembentukan generasi muda kita adalah pendidikan formal maupun non-formal. Melihat hal ini, mungkin kita semua akan setuju bahwa begitu banyak hal yang harus dibenahi dalam hal memajukan pendidikan DI Propinsi NTT ditingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Baik itu pembenahan sarana maupun prasarana.

Kalau kita jeli melihat bahwa, ternyata begitu banyak anak-anak di Propinsi kita tercinta ini belum tersentuh bidang pendidikan. Keadaan ini dapat kita lihat di terminal, pasar, jalan-jalan yang kebanyakan di dominasi oleh anak-anak dibawah usia kerja. Tuntutan hidup merupakan faktor utama pendorong mereka harus turun ke jalan-jalan, pasar atau terminal. Tetapi kalo kita lebih menyadari lagi bahwa hal tersebut merupakan cerminan kehidupan Negara kita dan Daerah kita khususnya. Sebagai contoh keadaan ini dapat dilihat jelas di Kabupaten Belu, dimana anak-anak dibawah usia 6 tahun harus turun ke jalan bersama orangtua untuk berjualan sayur dan lain-lain dan masih begitu banyak contoh yang ada didepan mata kita, yang bisa kita renungkan bersama. Usia demikian seharusnya merupakan usia dimana mereka bisa menikmati masa kecil bersama teman-teman mereka di Taman Kanak-kanak atau mulai berpikir tentang cita-cita dan mempersiapkan diri untuk merebut masa depan mereka.

Pusat dan daerah
Pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan hal ini. Mengharapkan bantuan Pemerintah Pusat bukan merupakan solusi yang Bijaksana. Pendidikan harus merupakan agenda utama dalam memajukan Daerah (baca: Kabupaten) maupun Propinsi. Pendidikan yang dibicarakan merupakan pendidikan dalam arti luas, bukan saja pendidikan formal tetapi juga pendidikan non-formal untuk generasi muda di Propinsi NTT. Pemerintah mulai harus memperhatikan potensi sumber daya manusia mulai dari tingkat kanak-kanak sampai tingkat perguruan. Sumber daya alam dapat dikelola dengan baik jika potensi atau sumber daya manusia yang ada dimasyarakat bisa dikelola dengan maksimal. Pendidikan merupakan hal yang sangat serius di era globalisasi ini karena seiring waktu, generasi muda kita dituntut untuk mengusai Ilmu pengetahuan maupun tekhnologi secara maksimal. Bukan saja pendidikan asal jadi atau yang penting Ijazah/gelar. Begitu banyak tuntutan di bidang pekerjaan yang mengharuskan keahlian bukan gelar. Sebagai contoh komputer dan bahasa Inggris bukan lagi merupakan keahlian, melainkan suatu keharusan.

Seharusnya status sosial, dalam hal ini tingkat ekonomi, bukanlah merupakan kendala utama penyebab anak-anak kita tidak mengeyam bangku pendidikan atau malah terhenti karena faktor tersebut. Mengingat Indonesia telah menjadi Negara merdeka selama berpuluh-puluh tahun, maka seharusnya tidak ada lagi kesenjangan pendidikan di masyarakat.

Solidaritas bersama sebagai alternatif
Banyak hal yang bisa kita perbuat untuk memperkecil kesenjangan ini. Dengan program Orangtua Asuh, subsidi Pendidikan dari Keluarga mampu kepada keluarga yang tidak mampu, program berantas buta huruf (Paket A) dan masih banyak lagi kegiatan yang diharapkan mampu membantu anak-anak kita merasakan bangku pendidikan. Tanggungjawab ini bukan lagi semata-mata tanggungjawab Pemerintah Pusat maupun Daerah, ini merupakan tanggungjawab kita bersama sebagai masyarakat NTT yang menginginkan masa depan Propinsi kita lebih baik lagi.

Masih begitu banyak pengangguran di Propinsi NTT yang membutuhkan perhatian dan tanggungjawab kita sebagai masyarakat. Buka mata hati dan nurani kita, marilah sama-sama kita menyadari bahwa begitu besar tanggungjawab kita bukan saja untuk keluarga kita melainkan juga tanggungjawab kita bagi Daerah dan Propinsi tercinta pada umumnya. Lingkungan apa yang telah terbentuk dimasyarakat menentukan seperti apa nasib anak-anak yang kita lahirkan dimasa mendatang. Kesejahteraan keluarga dan diri sangat didasari dengan pendidikan yang memadai.

Menjadi bagian Timur Indonesia bukan berarti membuat kita menjadi Propinsi yang tertinggal di bidang Pendidikan. Buktikan diri kita dengan menunjukan kemampuan berpikir kita.

Secara khusus mari kita manfaatkan Pilkada Kota Kupang kali ini untuk menentukan masa depan dengan memilih calon Pemimpin yang menyadari arti pentingnya pendidikan bagi Daerah dan Propinsi NTT.

Selamatkan masa depan NTT dengan membantu anak-anak Flobamora mengeyam bangku pendidikan tanpa melihat status sosial maupun gender.

1 comment:

Loucos do blog said...

vizite meu blog:
http://loucosdoblog.blogspot.com