Tuesday, December 4, 2007

Di Kupang, Serangan Jantung Diminta Pulang

KUPANG, Kabar NTT--Ada-ada saja kejadian di Rumah Sakit Umum(RSU) Prof.Dr.WZ.Johannes Kupang. Meskipun baru saja terkena serangan jantung, pasien disuruh pulang. Kasus ini terjadi Jumat malam lalu(30/11), terhadap seorang Ibu. Karena keterbatasan ruangan pasien diminta pulang, karena tidak ada ruangan Intensive Care Unit (ICU). Keesokan paginya sang Ibu kembali harus dilarikan ke RSU karena mendapatkan serangan jantung.

“Awiiiii, org kena serangan jantung dan langsung suruh pulang tu beta baru pertama kali seumur hidup dengar, seharusnya ada waktu yg cukup tuk observasi dolu,” kata Fel setengah tak percaya bahwa kejadian ini memang benar terjadi terhadap Ibunya.

Nanti Tuhan Tolong

Hingga hari ini sang Ibu masih terbaring di RSU karena kondisinya tidak memungkinkan untuk dievakuasi ke RS yang peralatannya lebih komplit. Komplit atau lengkap di sini artinya harus di-terbangkan ke Bali atau Jawa. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh pasien dari keluarga yang mampu, sedangkan yang masuk dalam golongan asli NTT (Nanti Tuhan Tolong), hanya bisa berbaring tak berdaya.

“Kalo kena pi yg sonde mampu kasarnya, apa katong kastenga ko lewat sa"su ko? Sonde heran kalo masih ada anggapan yg sering kita dengar seperti contoh bila ada yg meninggal mendadak, diyakini oleh pihak keluarga yang ditinggalkan bahwa itu meninggal karna ‘orang bikin’... padahal, mungkin saja meninggal karna serangan jantung (Hidden Death),” tutur Fel yang masih menyesalkan kenapa fasilitas kesehatan di Kota Kupang belum juga dibenahi.

Tingginya penderita jantung di Kupang, menurut Fel disebabkan oleh pola makan yang tidak mempertimbangkan komposisi makanan sehat. “Nah, beta pikir, dengan pola makan katong org Kupang yg cenderung sonde bisa telan nasi kalo sonde ada itu daging (sapi maupun fafi), minus sayuran dan buah-buahan, tambah lai dengan hobi minum laru, resiko kena penyakit jantung itu cukup tinggi,” kata Fel dengan yakin.

RSU Dadolek (kamomos)

Fasilitas kesehatan di Kota Kupang, Ibu Kota Provinsi NTT ini memang amat memprihatinkan. Indikasinya ada beberapa. Rumah sakit ini selain terkenal jorok (kamomos), fasilitas kesehatannya pun sangat minim. Hingga saat ini alat pacu jantung di Rumah Sakit ini rusak. Kenyataan ini sudah berulang kali dibeberkan oleh dr.Frank Touw dan sejumlah dokter lain yang dengan mudah dipindahkan karena bersikap vocal karena ‘kaget’ terhadap suasana di RSU.

Tak hanya alat pacu jantung, CT Scan pun jangan harap bisa ditemukan di sini. “Tolong do ko bapak-bapak di atas lebe memperhatikan sarana maupun prasarana medis yang ada di Kupang do,” harap Fel yang khusus berharap terhadap kasus yang menimpa Ibunya.

Kondisi pelayanan kesehatan di Kupang sebenarnya sudah amat parah. Para dokter tak mampu keluar dari kepungan para birokrat maupun mafia ‘pengadaan barang’. Akibatnya, upaya renovasi terjebak dalam perebutan proyek, dan pengadaan barang obat-obatan maupun alat kesehatan selalu saja lengket dengan ‘mark up’ alias penggelembungan harga. Di NTT , baru Kabupaten Sumba Timur, dengan Bupatinya Mehang Kunda, yang berani memotong jalur pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan.

Tak hanya itu, para dokter praktek di Kupang pun saat ini sudah ‘lengket’ ditempeli para agen penjualan obat. Umumnya para agen marketing perusahaan obat berlomba memasarkan obat-obatan untuk dipakai sang dokter. Sehingga tak jarang, pasien yang mengeluh karena obat yang diberikan sangat keras, alias jauh dari kebutuhan, hanya untuk memenuhi target penjualan.

Belajar dari kondisi ini Pemda NTT yang didukung Pemkab di NTT bekerja sama dengan satu-satunya Universitas Negeri di Provinsi ini untuk mendirikan Fakultas Kedokteran. Besar harapan bahwa para dokter semakin banyak dan pelayanan kesehatan pun semakin bisa menjangkau banyak kalangan dengan semangat pelayanan.

Kenyataannya saat ini, NTT masih sangat bergantung pada dokter PTT yang umumnya segera kembali ke daerah asal setelah selesai PTT. Umumnya para dokter baru ini pun juga berjuang keras untuk segera balik modal untuk ongkos pendidikan dokter yang memang mahal. Dengan kenyataan ini NTT pantas untuk khawatir.

Jika dalam lima tahun ini tidak ada pembaruan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan maka bisa dipastikan NTT telah sangat ketinggalan, bahkan akan tertinggal jauh dari saudaranya di Timor Leste. Saat ini tak kurang dari 500 dokter asal Timor Leste sedang belajar di Kuba. Dengan tambahan 500 dokter wajah pelayanan kesehatan di sana akan berubah jauh. Cepat atau lambat, Timor Leste akan menjadi pembanding baru oleh NTT (Bram)

No comments: